VITAMIN
VITAMIN
Vitamin adalah
sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital
dalam metabolisme setiap organisme.
Nama ini berasal
dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya "hidup" dan amina
(amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N),
karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak
vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi
(ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang
dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh
untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal.
Terdapat 13
jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang
dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin,
riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat).
Walau memiliki peranan yang sangat
penting, tubuh hanya dapat memproduksi vitamin D dan vitamin K dalam bentuk
provitamin yang tidak aktif. Oleh karena itu, tubuh memerlukan asupan vitamin
yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Buah-buahan dan sayuran terkenal
memiliki kandungan vitamin yang tinggi dan hal tersebut sangatlah baik untuk
tubuh. Asupan vitamin lain dapat diperoleh melalui suplemen makanan.
Sejarah
Vitamin
merupakan suatu senyawa yang telah lama dikenal oleh peradaban manusia. Sudah
sejak ribuan tahun lalu, manusia telah mengenal vitamin sebagai salah satu
senyawa yang dapat memberikan efek kesehatan bagi tubuh. Seiring dengan
berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan, berbagai hal dan penelusuran lebih
mendalam mengenai vitamin pun turut diperbaharui. Garis besar sejarah vitamin
dapat dibagi menjadi 5 era penting. Disetiap era tersebut, terjadi suatu
kemajuan besar terhadap senyawa vitamin ini yang diakibatkan oleh adanya
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Era penyembuhan empiris
Era pertama
dimulai pada sekitar tahun 1500-1570 sebelum masehi. Pada masa itu, banyak ahli
pengobatan dari berbagai bangsa, seperti Mesir, Cina, Jepang, Yunani, Roma,
Persia, dan Arab, telah menggunakan ekstrak senyawa (diduga vitamin) dari hati
yang kemudian digunakan untuk menyembuhkan penyakit kerabunan pada malam hari.
Penyakit ini kemudian diketahui disebabkan oleh defisiensi vitamin A. Walau
pada masa tersebut ekstrak hati tersebut banyak digunakan, para ahli pengobatan
masih belum dapat mengidentifikasi senyawa yang dapat menyembuhkan penyakit
kerabunan tersebut. Oleh karena itu, era ini dikenal dengan era penyembuhan
empiris (berdasarkan pengalaman).
Christiaan Eijkman, salah satu tokoh penting
dalam sejarah penemuan vitamin.
Era karakterisasi defisiensi
Perkembangan
besar berikutnya mengenai vitamin baru kembali muncul pada tahun 1890-an. Penemuan
ini diprakarsai oleh Lunin dan Christiaan Eijkman yang melakukan penelitian
mengenai penyakit defisiensi pada hewan. Penemuan inilah yang kemudian memulai
era kedua dari lima garis besar
sejarah vitamin di dunia. Penelitian mereka terfokus pada pengamatan penyakit
akibat defisiensi senyawa tertentu. Beberapa tahun berselang, ilmuwan Sir
Frederick G. Hopkins yang sedang melakukan analisis penyakit beri-beri pada
hewan menemukan bahwa hal ini disebabkan oleh kekurangan suatu senyawa faktor
pertumbuhan (growth factor). Pada tahun 1911, seorang ilmuwan kelahiran Amerika
bernama Dr. Casimir Funk berhasil mengisolasi suatu senyawa yang telah
dibuktikan dapat mencegah peradangan saraf (neuritis) untuk pertama kalinya.
Dr. Casimir juga berhasil mengisolasi senyawa aktif dari sekam beras yang
diyakini memiliki aktivitas antiberi-beri pada tahun berikutnya. Pada saat
itulah (dan untuk pertama kalinya), Dr Funk mempublikasikan senyawa aktif hasil
temuannya tersebut dengan istilah vitamine (vital dan amines). Pemberian nama
amines pada senyawa vitamin ini karena diduga semua jenis senyawa aktif ini
memiliki gugus amina (amine). Hal tersebut kemudian segera disanggah dan
diganti menjadi vitamin (dengan penghilangan akhiran huruf "e") pada
tahun 1920.
Masa keemasan
Era ketiga
sejarah vitamin terjadi beberapa dekade berikutnya. Pada masa tersebut, terjadi
banyak penemuan besar mengenai vitamin itu sendiri, meliputi penemuan vitamin
jenis baru, metode penapisan yang diperbahurui, penggambaran struktur lengkap
vitamin, dan sÃntesis vitamin B12. Oleh karena hal tersebutlah, era ketiga dari
garis besar sejarah vitamin ini dikenal dengan masa keemasan (golden age).
Banyak penelti yang mendapatkan hadiah nobel atas penemuannya di bidang vitamin
ini. Sir Walter N. Hawort mendapatkan nobel di bidang kimia atas penemuan
vitamin C pada tahun 1937. Hadiah nobel lainnya diperoleh oleh Carl Peter
Henrik Dam di bidang Fisiologi - Pengobatan pada tahun 1943 atas penemuannya
terhadap vitamin K. Fritz A Litmann juga turut memenangkan nobel atas
dedikasinya dibidang penelitian mengenai penemuan koenzim A dan perannya di
dalam metabolisme tubuh.
Tadeus
Reichstein, seorang ahli kimia yang berhasil memproduksi vitamin C secara
massal untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Era karakterisasi fungsi dan produksi
Era keempat
ditandai dengan banyaknya penemuan mengenai fungsi biokimia vitamin di dalam
tubuh, perannya dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari, dan produksi
komersial vitamin untuk pertama kalinya dalam sejarah. Pada tahun 1930-an, para
peneliti menemukan bahwa vitamin B2 merupakan bagian dari “enzim kuning”.
Vitamin B2 ini sendiri diperoleh dari ekstrak ragi. Melalui penelitian ini
juga, kelompok vitamin B diketahui berperan sebagai koenzim yang penting di
dalam tubuh manusia. Produksi masal vitamin untuk pertama kalinya juga terjadi
pada era ini. Dikomersilkan pertama kali oleh Tadeus Reichstein pada tahun
1933, vitamin C telah dijual kepada masyarakat luas dengan harga yang relatif
murah sehingga terjangkau bagi khalayak ramai. Vitamin C yang juga dikenal
dengan istilah asam askorbat ini kemudian banyak dipakai sebagai suplemen
makanan, penelitian, dan gizi tambahan bagi hewan ternak. Atas hasil penemuan
ini, Tadeus Reichstein mendapatkan nobel di bidang Fisiologi – Pengobatan pada
tahun 1950.
Era penemuan nilai kesehatan vitamin
Hanya dalam
waktu 1 dekade berikutnya setelah era vitamin keempat, perkembangan ilmu
pengetahuan telah membawa vitamin keera berikutnya, yaitu era kelima dimana
banyak ditemukan nilai kesehatan dari masing-masing jenis vitamin dan penemuan
baru mengenai fungsi biokimia vitamin bagi tubuh. Masa ini dimulai pada tahun
1955 ketika Rudolf Altschul menemukan bahwa niasin (vitamin B3) dapat
menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Peranan kesehatan ini terlepas dari
efek defisiensi vitamin B3 itu sendiri maupun perannya sebagai koenzim dalam
metabolisme tubuh
Berbagai vitamin
Secara garis
besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu vitamin yang
larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Hanya terdapat 2 vitamin
yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin
A, D, E, dan K bersifat larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak akan
disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini
kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan.
Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh,
sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam
tubuh.
Berbeda dengan
vitamin yang larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam air hanya dapat
disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama aliran
makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan
masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak
dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin. Oleh karena hal
inilah, tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-menerus.
Vitamin A
Vitamin A, yang
juga dikenal dengan nama retinol, merupakan vitamin yang berperan dalam
pembentukkan indra penglihatan yang baik, terutama di malam hari, dan sebagai
salah satu komponen penyusun pigmen mata di retina. Selain itu, vitamin ini
juga berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan imunitas tubuh. Vitamin
ini bersifat mudah rusak oleh paparan panas, cahaya matahari, dan udara. Sumber
makanan yang banyak mengandung vitamin A, antara lain susu, ikan, sayur-sayuran
(terutama yang berwarna hijau dan kuning), dan juga buah-buahan (terutama yang
berwarna merah dan kuning, seperti cabai merah, wortel, pisang, dan pepaya).
Apabila terjadi
defisiensi vitamin A, penderita akan mengalami rabun senja dan katarak. Selain
itu, penderita defisiensi vitamin A ini juga dapat mengalami infeksi saluran
pernafasan, menurunnya daya tahan tubuh, dan kondisi kulit yang kurang sehat.
Kelebihan asupan vitamin A dapat menyebabkan keracunan pada tubuh. Penyakit
yang dapat ditimbulkan antara lain pusing-pusing, kerontokan rambut, kulit
kering bersisik, dan pingsan. Selain itu, bila sudah dalam kondisi akut,
kelebihan vitamin A di dalam tubuh juga dapat menyebabkan kerabunan,
terhambatnya pertumbuhan tubuh, pembengkakan hati, dan iritasi kulit.
Sayur-sayuran
hijau dan kacang-kacangan sebagai sumber vitamin A dan vitamin B yang tinggi.
Vitamin B
Secara umum,
golongan vitamin B berperan penting dalam metabolisme di dalam tubuh, terutama
dalam hal pelepasan energi saat beraktivitas. Hal ini terkait dengan peranannya
di dalam tubuh, yaitu sebagai senyawa koenzim yang dapat meningkatkan laju
reaksi metabolisme tubuh terhadap berbagai jenis sumber energi. Beberapa jenis
vitamin yang tergolong dalam kelompok vitamin B ini juga berperan dalam
pembentukan sel darah merah (eritrosit). Sumber utama vitamin B berasal dari
susu, gandum, ikan, dan sayur-sayuran hijau.
Vitamin B1
Vitamin B1, yang
dikenal juga dengan nama tiamin, merupakan salah satu jenis vitamin yang
memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan membantu
mengkonversi karbohidrat menjadi energi yang diperlukan tubuh untuk rutinitas
sehari-hari. Di samping itu, vitamin B1 juga membantu proses metabolisme
protein dan lemak. Bila terjadi defisiensi vitamin B1, kulit akan mengalami
berbagai gangguan, seperti kulit kering dan bersisik. Tubuh juga dapat
mengalami beri-beri, gangguan saluran pencernaan, jantung, dan sistem saraf.
Untuk mencegah hal tersebut, kita perlu banyak mengkonsumsi banyak gandum,
nasi, daging, susu, telur, dan tanaman kacang-kacangan. Bahan makanan inilah
yang telah terbukti banyak mengandung vitamin B1.
Vitamin B2
Vitamin B2
(riboflavin) banyak berperan penting dalam metabolisme di tubuh manusia. Di
dalam tubuh, vitamin B2 berperan sebagai salah satu kompenen koenzim flavin
mononukleotida (flavin mononucleotide, FMN) dan flavin adenine dinukleotida
(adenine dinucleotide, FAD). Kedua enzim ini berperan penting dalam regenerasi
energi bagi tubuh melalui proses respirasi. Vitamin ini juga berperan dalam
pembentukan molekul steroid, sel darah merah, dan glikogen, serta menyokong pertumbuhan
berbagai organ tubuh, seperti kulit, rambut, dan kuku. Sumber vitamin B2 banyak
ditemukan pada sayur-sayuran segar, kacang kedelai, kuning telur, dan susu.
Defisiensinya dapat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh, kulit kering
bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah, dan sariawan.
Vitamin B3
Vitamin B3 juga
dikenal dengan istilah niasin. Vitamin ini berperan penting dalam metabolisme
karbohidrat untuk menghasilkan energi, metabolisme lemak, dan protein. Di dalam
tubuh, vitamin B3 memiliki peranan besar dalam menjaga kadar gula darah,
tekanan darah tinggi, penyembuhan migrain, dan vertigo. Berbagai jenis senyawa
racun dapat dinetralisir dengan bantuan vitamin ini. Vitamin B3 termasuk salah
satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, seperti ragi,
hati, ginjal, daging unggas, dan ikan. Akan tetapi, terdapat beberapa sumber
pangan lainnya yang juga mengandung vitamin ini dalam kadar tinggi, antara lain
gandum dan kentang manis. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan tubuh
mengalami kekejangan, keram otot, gangguan sistem pencernaan, muntah-muntah,
dan mual.
Vitamin B5
Vitamin B5 (asam
pantotenat) banyak terlibat dalam reaksi enzimatik di dalam tubuh. Hal ini
menyebabkan vitamin B5 berperan besar dalam berbagai jenis metabolisme, seperti
dalam reaksi pemecahan nutrisi makanan, terutama lemak. Peranan lain vitamin
ini adalah menjaga komunikasi yang baik antara sistem saraf pusat dan otak dan
memproduksi senyawa asam lemak, sterol, neurotransmiter, dan hormon tubuh.
Vitamin B5 dapat ditemukan dalam berbagai jenis variasi makanan hewani, mulai
dari daging, susu, ginjal, dan hati hingga makanan nabati, seperti sayuran
hijau dan kacang hijau. Seperti halnya vitamin B1 dan B2, defisiensi vitamin B5
dapat menyebabkan kulit pecah-pecah dan bersisik. Selain itu, gangguan lain
yang akan diderita adalah keram otot serta kesulitan untuk tidur.
Vitamin B6
Vitamin B6, atau
dikenal juga dengan istilah piridoksin, merupakan vitamin yang esensial bagi
pertumbuhan tubuh. Vitamin ini berperan sebagai salah satu senyawa koenzim A
yang digunakan tubuh untuk menghasilkan energi melalui jalur sintesis asam
lemak, seperti spingolipid dan fosfolipid. Selain itu, vitamin ini juga
berperan dalam metabolisme nutrisi dan memproduksi antibodi sebagai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap antigen atau senyawa asing yang berbahaya bagi tubuh.
Vitamin ini merupakan salah satu jenis vitamin yang mudah didapatkan karena
vitamin ini banyak terdapat di dalam beras, jagung, kacang-kacangan, daging,
dan ikan. Kekurangan vitamin dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kulit
pecah-pecah, keram otot, dan insomnia.
Vitamin B12
Vitamin B12 atau
sianokobalamin merupakan jenis vitamin yang hanya khusus diproduksi oleh hewan
dan tidak ditemukan pada tanaman. Oleh karena itu, vegetarian sering kali
mengalami gangguan kesehatan tubuh akibat kekurangan vitamin ini. Vitamin ini
banyak berperan dalam metabolisme energi di dalam tubuh. Vitamin B12 juga
termasuk dalam salah satu jenis vitamin yang berperan dalam pemeliharaan
kesehatan sel saraf, pembentukkan molekul DNA dan RNA, pembentukkan platelet
darah. Telur, hati, dan daging merupakan sumber makanan yang baik untuk
memenuhi kebutuhan vitamin B12. Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan anemia
(kekurangan darah), mudah lelah lesu, dan iritasi kulit.
Vitamin C
Buah jeruk,
terkenal atas kandungan vitamin C-nya yang tinggi.
Vitamin C (asam
askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Di dalam tubuh,
vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang merupakan
protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong
lainnya. Vitamin C merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal
berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita. Terkait dengan
sifatnya yang mampu menangkal radikal bebas, vitamin C dapat membantu
menurunkan laju mutasi dalam tubuh sehingga risiko timbulnya berbagai penyakit
degenaratif, seperti kanker, dapat diturunkan. Selain itu, vitamin C berperan
dalam menjaga bentuk dan struktur dari berbagai jaringan di dalam tubuh,
seperti otot. Vitamin ini juga berperan dalam penutupan luka saat terjadi
pendarahan dan memberikan perlindungan lebih dari infeksi mikroorganisme
patogen. Melalui mekanisme inilah vitamin C berperan dalam menjaga kebugaran
tubuh dan membantu mencegah berbagai jenis penyakit. Defisiensi vitamin C juga
dapat menyebabkan gusi berdarah dan nyeri pada persendian. Akumulasi vitamin C
yang berlebihan di dalam tubuh dapat menyebabkan batu ginjal, gangguan saluran
pencernaan, dan rusaknya sel darah merah.
Vitamin D
Vitamin D juga
merupakan salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani,
antara lain ikan, telur, susu, serta produk olahannya, seperti keju. Bagian
tubuh yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin ini adalah tulang. Vitamin D
ini dapat membantu metabolisme kalsium dan mineralisasi tulang. Sel kulit akan
segera memproduksi vitamin D saat terkena cahaya matahari (sinar ultraviolet).
Bila kadar vitamin D rendah maka tubuh akan mengalami pertumbuhan kaki yang tidak
normal, dimana betis kaki akan membentuk huruf O dan X. Di samping itu, gigi
akan mudah mengalami kerusakan dan otot pun akan mengalami kekejangan. Penyakit
lainnya adalah osteomalasia, yaitu hilangnya unsur kalsium dan fosfor secara
berlebihan di dalam tulang. Penyakit ini biasanya ditemukan pada remaja,
sedangkan pada manula, penyakit yang dapat ditimbulkan adalah osteoporosis,
yaitu kerapuhan tulang akibatnya berkurangnya kepadatan tulang. Kelebihan
vitamin D dapat menyebabkan tubuh mengalami diare, berkurangnya berat badan,
muntah-muntah, dan dehidrasi berlebihan.
Vitamin E
Vitamin E
berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam tubuh, mulai dari
jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati. Selain itu, vitamin ini juga
dapat melindungi paru-paru manusia dari polusi udara. Nilai kesehatan ini
terkait dengan kerja vitamin E di dalam tubuh sebagai senyawa antioksidan
alami. Vitamin E banyak ditemukan pada ikan, ayam, kuning telur, ragi, dan
minyak tumbuh-tumbuhan. Walaupun hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit,
kekurangan vitamin E dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang fatal bagi
tubuh, antara lain kemandulan baik bagi pria maupun wanita. Selain itu, saraf
dan otot akan mengalami gangguan yang berkepanjangan.
Vitamin K
Vitamin K banyak
berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah yang baik dan penutupan luka.
Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada pendarahan di dalam tubuh dan
kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka atau pendarahan. Selain itu,
vitamin K juga berperan sebagai kofaktor enzim untuk mengkatalis reaksi
karboksilasi asam amino asam glutamat. Oleh karena itu, kita perlu banyak
mengkonsumsi susu, kuning telur, dan sayuran segar yang merupakan sumber
vitamin K yang baik bagi pemenuhan kebutuhan di dalam tubuh.
Berikut adalah
senyawa-senyawa yang tergolong vitamin alami.
Tahun penemuan Vitamin Nama
biokimia Ditemukan di
1909 Vitamin
A Retinol Wortel
1912 Vitamin
B1 Tiamin Susu
1912 Vitamin
C Asam askorbat Jeruk
sitrun
1918 Vitamin
D Kalsiferol Keju
1920 Vitamin
B2 Riboflavin Telur
1922 Vitamin
E Tokoferol Minyak mata
bulir gandum,
1926 Vitamin
B12 Sianokobalamin Telur
1929 Vitamin
K Filokuinona Kuning
telur
1931 Vitamin
B5 Asam pantotenat Susu
1931 Vitamin
B7 Biotin Hati
1934 Vitamin
B6 Piridoksin Kacang
1936 Vitamin
B3 Niasin Ragi
1941 Vitamin
B9 Asam folat Hati
Senyawa serupa vitamin
Sel darah merah, terbentuk sempurna oleh
kontribusi vitamin B, C, dan E, serta asam para-aminobenzoat.
Selain vitamin,
tubuh juga memproduksi senyawa lain yang juga berperan dalam kelancaran
metabolisme di dalam tubuh. Senyawa ini memiliki karakteristik dan aktivitas
yang mirip dengan vitamin sehingga seringkali disebut dengan istilah senyawa
serupa vitamin (vitamin like substances). Perbedaan utamanya dengan vitamin
adalah senyawa ini diproduksi tubuh dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Beberapa senyawa ini pernah diklasifikasikan ke dalam
kelompok vitamin B kompleks karena kemiripan fungsi dan sumber makanannya. Akan
tetapi, secara umum peranan senyawa serupa vitamin ini tidaklah sepenting
vitamin.
Kolin (choline)
merupakan salah satu senyawa yang termasuk dalam golongan senyawa serupa
vitamin. Senyawa ini dapat ditemukan di setiap sel mahluk hidup dan berperan
dalam pengaturan sistem saraf yang baik dan beberapa metabolisme sel.
Mioinositol (myoinositol) juga termasuk dalam golongan senyawa serupa vitamin
yang larut dalam air. Peranannya dalam tubuh secara spesifik belum diketahui.
Contoh lain dari senyawa serupa vitamin ini adalah asam para-aminobenzoat
(4-aminobenzoic acid, PABA) yang berperan sebagai senyawa antioksidan dan
penyusun sel darah merah. Karnitin (carnitine) merupakan senyawa lain yang
berperan dalam sistem transportasi asam lemak dan pembentukkan otot tubuh.
Vitamin sebagai
antioksidan
Semua jenis
kehidupan di bumi memerlukan energi untuk dapat bertahan hidup. Untuk
menghasilkan energi ini, makhluk hidup memerlukan bantuan berbagai substansi,
salah satunya adalah oksigen. Oksigen terlibat secara langsung dalam
metabolisme energi di dalam tubuh. Sebagai produk sampingannya, oksigen
dilepaskan dalam bentuk yang tidak stabil. Molekul inilah yang dikenal dengan
nama radikal bebas (free radicals).Oksigen yang tidak stabil memiliki elektron
bebas yang tidak berpasangan sehingga bersifat reaktif. Kereaktifan oksigen ini
sangat berbahaya bagi tubuh karena dapat mengoksidasi dan merusak DNA, protein,
karbohidrat, asam lemak, dan membran sel di dalam tubuh. Sumber radikal bebas
lainnya adalah asap rokok, polusi lingkungan, dan sinar ultraviolet.
Asap rokok,
salah satu sumber radikal bebas yang dapat merusak jaringan tubuh, terutama
paru-paru.
Tubuh memiliki
beberapa mekanisme pertahanan terhadap senyawa radikal bebas ini untuk
menetralkan efek negatifnya. Kebanyakan diantaranya adalah senyawa antioksidan
alami, seperti enzim superoksida dismutase, katalase, dan glutation
peroksidase. Antioksidan sendiri berarti senyawa yang dapat mencegah terjadinya
peristiwa oksidasi atau reaksi kimia lain yang melibatkan molekul oksigen (O2).
Senyawa lain yang juga dapat berperan sebagai antioksidan adalah glutation, CoQ10,
dan gugus tiol pada protein, serta vitamin. Beberapa jenis vitamin telah
terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang cukup tinggi. Contoh vitamin yang
banyak berperan sebagai senyawa antioksidan di dalam tubuh adalah vitamin C dan
vitamin E.
Vitamin E dapat
membantu melindungi tubuh dari oksidasi senyawa radikal bebas.Vitamin ini juga
mampu bekerja dalam kondisi kadar senyawa radikal bebas yang tinggi sehingga
mampu dengan efisien dan efektif menekan reaksi perusakan jaringan di dalam tubuh
melalui proses oksidasi. Di samping vitamin E, terdapat satu jenis vitamin lagi
yang juga memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi, yaitu vitamin C. Vitamin
ini berinteraksi dengan senyawa radikal bebas di bagian cairan sel. Selain itu,
vitamin C juga dapat memulihkan kondisi tubuh akibat adanya reaksi oksidasi
dari berbagai senyawa berbahaya.
Bila kadar
radikal bebas di dalam tubuh menjadi sangat berlebih dan tidak lagi dapat
diantisipasi oleh senyawa antioksidan maka akan timbul berbagai penyakit
kronis, seperti kanker, arterosklerosis, penyakit jantung, katarak, alzhemeir,
dan rematik. Bagi orang yang memiliki sejarah penyakit kronis tersebut dalam
garis keturunannya, dianjurkan untuk mengkonsumsi banyak makanan yang
mengandung vitamin C dan E sebagai sumber senyawa antioksidan. Selain itu,
suplemen makanan juga dapat turut membantu mengatasi masalah tersebut.
Vitamin dan penuaan tubuh
Penuaan tubuh
merupakan hasil akumulasi dari berbagai kerusakan sel dan jaringan yang tidak
dapat diperbaiki. Pada keadaan normal, kerusakan pada sel dan jaringan tubuh
dapat diperbaiki melalui proses replikasi sel tubuh yang juga dikenal dengan
istilah mitosis.Akan tetapi, pada berbagai kasus sel yang rusak tidak lagi
dapat diperbaharui, melainkan terus terakumulasi. Hal inilah yang berpotensi
menyebabkan penuaan pada tubuh.Senyawa radikal bebas merupakan salah satu agen
yang berkontribusi besar dalam peristiwa ini.
Mitokondria
merupakan salah satu organel sel yang paling rentan mengalami kerusakan oleh
senyawa oksigen reaktif (radikal bebas). Hal ini terkait dengan banyaknya
reaksi pelepasan oksigen bebas di dalam organel ini yang merupakan pusat
metabolisme energi tubuh. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa tingkat
kerusakan mitokondria ini berhubungan langsung dengan proses penuaan tubuh atau
panjangnya umur suatu makhluk hidup. Selain itu, kerusakan DNA akibat reaksi
oksidasi oleh radikal bebas juga turut berperan besar dalam peristiwa ini. Oleh
karena itu, tubuh memerlukan suatu senyawa untuk menekan efek perusakan oleh
radikal bebas.
Vitamin
merupakan satu dari berbagai jenis senyawa yang dapat menghambat reaksi
perusakan tubuh oleh senyawa radikal bebas terkait dengan aktivitas
antioksidannya. Asupan vitamin antioksidan yang cukup akan membantu tubuh
mengurangi efek penuaan oleh radikal bebas, terutama oleh oksigen bebas yang
reaktif. Selain itu, vitamin juga berkontribusi dalam menyokong sistem imun
yang baik sehingga risiko terkena berbagai penyakit degeneratif dan penyakit
lainnya dapat ditekan, terutama pada manula. Jadi, secara tidak langsung,
asupan vitamin yang cukup dan seimbang dapat menciptakan kondisi tubuh yang sehat
dan berumur panjang.
Disadur dari : www.wikipedia.org
Comments
Post a Comment